Top Ads

Kamis, 23 Juli 2020

PEJUANG PAHLAWAN KEMERDEKAAN INDONESIA DARI SUKU DAYAK / BJ Tube

PEJUANG PAHLAWAN KEMERDEKAAN INDONESIA DARI SUKU DAYAK / BJ Tube



Tonton Video nya disini
👇





PEJUANG PAHLAWAN KEMERDEKAAN INDONESIA DARI SUKU DAYAK / BJ Tube

 

HI bj tubers….!!!

 

Dimasa penjajahan jepang yang hingga pada saat itu juga telah memasuki dan menguasai pulau borneo khusus nya Kalimantan barat.

Sempat menyisakan kisah berdarah bagi suku dayak pada kala itu,

Sebab telah terjadi saling balas membalas perlawanan, serta serangan demi serangan antara jepang dan suku dayak penghuni pulau borneo.

Dan bahkan pertumpahan darah pun tak dapat lagi di elak’kan……

Yang pada kala itu jepang menguasai Kalimantan barat serta sempat membangun perusahaan-perusahaan kayu,

hingga pada akhirnya menimbulkan gejolak di masyarakat dayak, Sebab jepang malah memperbudak masyarakat dayak untuk bekerja diperusahaan kayu tersebut dengan system ROMUSHA, atau yang sama artinya dengan “kerja paksa”.

Serta beberapa pemicu gejolak lainnya, sehingga terjadinya perlawanan suku dayak terhadap jepang, bahkan sampai pada TRAGEDI MANDOR BERDARAH, yang tidak lain pada kala itu digerakan oleh para pangalima perang suku dayak, di antara nya bernama PANG SUMA.

Yaa…. Meski nama ini memang tidak sepopuler pangeran diponegoro atau pejuang-pejuang kemerdekaan dipulau jawa, namun, paling tidak keberadaan PANGSUMA membuktikan bahwa perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia, melibatkan berbagai suku dan kelompok dalam masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat dayak Kalimantan barat.

 

Seperti yang telah dikutip dari peristiwa tragedy mandor berdarah,

Pangsuma berasal dari dusun nek bindang, desa baru lombak, kecamatan meliau, kabupaten sanggau, Kalimantan barat.

Pangsuma merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, pangsuma memiliki

nama asli “Bendera Bin Dulung”, namun ada juga yang menyebutnya MENERA.

Tidak ada yang tau pasti kapan dan dimana pangsuma dilahirkan, namun,, dari cerita yang tersebar di masyarakat, pangsuma tinggal di Nek Bindang yang ada di tepian sungai Kapuas.

 

Saat jepang menduduki Kalimantan barat, beberapa perusaan kayu jepang juga berdiri dan mengeruk kekayaan kayu Kalimantan.

Di antara nya seperti sebuah perusahaan kayu milik jepang yang bernama SSKK (sumitomo shokusan kabushiki kaisan),,,, yang di sana mempekerjakan, atau yang lebih tepatnya, memperbudak masyarakat untuk bekerja dengan keras, tanpa mempedulikan upah bahkan keselamatan para pekerja tersebut,

 

Banyak Di antaranya yang di paksa untuk meninggalkan anak istri nya untuk bekerja diperusahaan tersebut bahkan tidak diberi makan oleh perusahaan. Atau dengan system kerja ROMUSHA “kerja paksa”.

 

Dan hal ini lah yang memicu terjadinya pergejolakan yang di lihat oleh jepang sebagai ancaman serius, pada umumnya dipicu oleh kaum feudal local, cendikiawan, ambtenar “pegawai pemerintah”, politisi, serta tokoh masyarakat.

 

Maka terjadilah peristiwa penculikan dan pembantaian besar-besaran yang dikenal dengan nama tragedy mandor berdarah,   yang terjadi dikecamatan mandor, kabupaten landak, Kalimantan barat.

Diperkirakan ada sekitar 21 ribu orang yang di bantai jepang,  

walau jepang sendiri mengklaim, hanya membantai 1000 orang saja.

Serta yang lebih kejam nya lagi, pembantaian bukan hanya di lakukan pada kaum cendikiawan dan feodal local saja, tetapi juga kepada rakyat jelata.

 

 Tragedy yang terjadi antara September 1943 hingga pertengahan tahun 1944 tersebut membawa dampak lahirnya perlawanan di berbagai wilayah di Kalimantan barat, termasuk wilayah tempat pangsuma tinggal …

Sehingga timbul lah perang yang pada saat itu dikenal dengan sebutan perang dayak desa,

Dimana pada waktu itu juga, pangsuma dan pejuang suku dayak desa dari pedalaman menganggap kerja paksa dan berbagai pembantaian yang dilakukan oleh jepang sudah berlebihan dan menyiksa rakyat.

Sehingga peperangan pun tak dapat lagi di elak’kan yang berpuncak pada ketika seorang pemimpin perusahaan kayu bernama OSAKI ingin menikahi seorang gadis dayak bernama LINGGAN,

Namun di tolak oleh ayah LINGGAN,

Penolakan atas lamaran OSAKI sebenarnya bukan lah tanpa alasan oleh ayah LINGGAN,

Sebab ayah linggan sudah tau bahwa lamaran itu adalah salah satu politik orang jepang untuk menguasai tanah Kalimantan yang banyak mengandung kekayaan alam dan hasil hutan nya yang melimpah,

Karena orang jepang tau dan telah mempelajari tradisi serta kebiasaan suku dayak yang menjunjung erat kekeluargaan, dan akan bersatu bila salah satu keluarga nya terluka atau disakiti, maka dayak akan bersatu baik itu dari rumpun dayak lain nya, atau pun dari sub dayak lain nya.

Sehingga hal itulah yang dipelajari oleh orag jepang dan ingin memanfaat persatuan dan rasa kekeluargaan suku dayak tersebut, dengan cara menikahi gadis dayak dan menjadi bagian dari keluarga masyarakat dayak tersebut, untuk mempermudah mereka dalam mengeruk hasil alam Kalimantan.

Akan tetapi, politi jepang tersebut sudah diketahui oleh ayah linggan, dan menolak nya dengan tegas.

Karena tidak terima, OSAKI malah mengancam ayah LINGGAN dan berniat akan memancung ayah LINGGAN,

Melihat hal tersebut, maka ayah LINGGAN beserta pangsuma dan orang desa bersepakat untuk melawan dan menyerang jepang.

Sehingga berujung pada kematian OSAKI dan kelompok jepang lain nya karena terbunuh oleh serangan dari kelompok rakyat desa dayak, yang dimana di dalam nya ada ayah linggan dan pangsuma, serta beberapa tokoh dayak lain nya yang bergabung dalam kelompok serangan tersebut dalam melawan jepang

Mendengar kabar tersebut, pihak jepang kaget,   mengingat masyarakat dayak tidak memiliki persenjataan dan teknik modern, namun bias mengalahkan orang jepang yang mempunyai senjata modern.

 

Setelah peristiwa tersebut, masyarakat dayak dari berbagai kelompok berkumpul, mereka menjawab panggilan mangkok merah, untuk bersatu dan melawan pemerintah jepang.

Baik itu dari sub suku dayak manapun dan baik itu dari suku dayak daerah manapun, menjadi sebuah satu kesatuan kekeluargaan darah dayak, untuk mebasmi jepang di Kalimantan barat.

 

Namun dengan ada nya kabar tersebut, pemerintah jepang mengirim ekspedisi ke meliau yang di pimpin oleh letnan TAKEO NAGATANI,

lalu mangkok merah yang disebarkan telah mempersatukan kelompok dayak dari berbagai daerah,

sehingga saat nagatani dan kelompoknya tiba di umbuan kunyil, mereka mendapat serangan dari rakyat suku dayak yang dipimpin oleh pang suma, pang rati, pang iyo, dan djampi,

dalam serangan ini, letna nagatani tewas dibunuh oleh pangsuma.

 

Mendengar terbunuh nya nagatani membuat pejabat militer jepang terkejut dan ketakutan, sebab nagatani dikenal sebagai perwira yang cakap dan tangguh, namun dalam peristiwa itu diya tidak mampu melawan serangan senjata tradisional orang-orang dayak pedalaman yang dipimpin oleh pangsuma dan beberapa pangalima dayak lain nya.

Lalu hingga pada 24 juni 1945, pangsuma memasuki meliau dan bertempur mati-matian melawan jepang, pertempuran terjadi hingga akhirnya pada 17 juli 1945, pangsuma tertembak dipaha kirinya, dan tewas di dekat sebuah jembatan.

 

Yang menurut cerita dari masyarakat setempat, bahwa beberapa hari sebelum perang dilanjutkan, bahwa pang suma mendapat pertanda buruk, yaitu ujung Mandau/naibor milik nya patah, sebelum menyerang markas jepang di kantor GUNCO (camat), di meliau pada 17 juli 1945, pertanda itu pun menjadi kenyataan, sebutir peluru menembus paha nya yang konon merupakan rahasia kekuatan dari panglima perang ini,

Pangsuma meninggal di bawah jembatan, yang saat ini berlokasi disebelah dermaga meliau, dan tidak jauh dari tempat itu lah pangsuma dimakamkan.

Ditempat itu, saat ini berdiri sebuah tugu yang diberi nama tugu PANG SUMA. Dimana hal ini dibangun untuk mengenang dan menghormati perjuangan pangsuma dan pangalima perang suku dayak lain nya. Yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan jepang kala itu.

 

Ya,,,,, kisah perang dayak desa dan kepahlawanan pangsuma ini merupakan bukti nyata kontribusi masyarakat dayak dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Bagaimana pun juga, kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan berbagai suku dan golongan,

Dengan demikian maka rakyat Indonesia haruslah tetap menjunjung tinggi ke BHINEKAAN TUNGGAL IKA. yang sudah jelas disitu bahwa didalam nya mengandung arti Berbeda-beda, namun tetap satu jua.

 

Ok bj tubers.

Itu tadi cerita tentang PEJUANG PAHLAWAN KEMERDEKAAN INDONESIA DARI SUKU DAYAK

0 comments:

Posting Komentar